Saturday, May 16, 2009

Konsep Dasar Skizofrenia dan Penyebabnya

A. Konsep Dasar Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 2000 : 46).
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yangg kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya (Kaplan 2000 : 407)
Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan.
Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa skizofrenia merupakan suatu gambaran sindrom dengan berbagai macam penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi keretakan jiwa atau ketidak harmonisan dan ketidaksesuaian antara proses pikir, perasaan dan perbuatan serta hilang timbul dengan manisfestasi klinis yang beragam.

2. Etiologi
Dengan beragamnya presentasi gejala dan prognostik, maka tidak ada faktor etiologi yang dianggap kausatif. Oleh karena itu terdapat berbagai penyebab, antara lain :
a. Model Diatesis Stress
Merupakan model yang sering di gunakan. Model ini mengemukakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis). Apabila hal tersebut dipengaruhi oleh stressor baik biologis, genetik, psikososial, dan lingkungan akan menimbulkan perkembangan gejala skizofrenia.

b. Faktor Biologis
Area otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah sistem limbik, ganglia basalis, lobus frontalis. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi. Pada skizofrenia terjadi penurunan daerah amigdala, hipokampus dan girus parahipokampus. Jika fungsi ini terganggu maka akan menimbulkan gejala skizofrenia yaitu terjadi gangguan emosi. Ganglia basalis berkaitan dengan pengendali pergerakan. Pada pasien dengan gejala skizofrenia memperlihatkan pergerakan yang aneh, seperti gaya berjalan yang kaku, menyeringaikan wajah dan stereotipik. Selain itu ganglia basalis berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis sehingga jika terjadi kelainan pada area lobus frontalis maka akan mempengaruhi fungsi ganglia basalis.
c. Genetik
Telah banyak penelitian yang memastikan bahwa pengarus genetik sanat besar pada pasien skizofrenia. Kemabr monozigot memiliki angka kesesuaian yang tertinggi. Penelitian yang mutakhir telah menemukan bahwa pertanda kromosom yang berhubungan dengan skizofrenia adalah kromosom 5,11 dan 18 pada bagian lengan panjang dan kromosom 19 pada bagian lengan pendek, dan yang paling sering dilaporkan adalah terjadi pada kromosom X. Pada skizofrenia kromososm-kromosom ini mengalami kelainan yaitu saat mengkode dapat terjadi kekacauan seprti translokasi.
d. Faktor Psikososial
1) Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik mengemukakan bahwa gejala skizofrenia mempunyai arti simbolik bagi pasien individual. Misalnya, fantasi tentang dunia akan berakhir mungkin menyatakan suatu perasaan bahwa dunia internal seseorang telah mengalami kerusakan. Perasaan kebesaran dapat mencerminkan narsisme yang direaktivasi dimana orang percaya bahw amereka adalah maha kuasa.

2) Teori Psikodinamik
Dasar dari teori dinamia adalah untuk mengerti dinamika pasien dan untuk mengerti makna simbolik dari gejala. Teori ini menganggap bahwa hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkansecara kontitusional sebagai suatu defisit. Pendekatan psikodinamika berdasar bahwa gejala psikotik punya arti pada skizofrenia.

3. Tanda dan Gejala Skizofrenia
Tanda dan gejala skizofrenia menurut Maslim (2000 : 46)
a. Though echo : isi pikiran dirinya yang berulang atau berguna dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda.
Though isertion atau withdrawl : isi pikiran asing dari luar masuk ke dalam pikirannya oelh sesuatu dari luar dirinya.
Thought broadcasting : isi pikirnya keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delsion of influence), waham ketidakberdayaan (delision of passivity), persepsi terhadap mistik (delusional perception).
c. Halusinasi
d. Waham menetap jenis lainnya , yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa.
e. Arus pikir yang terputus atau yang mengalami sisipan, ayng berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan.
f. Perilaku katatonik
g. Gejala-gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial.
h. Adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam suatu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap malas, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

Menurut Bleurer, gejala skizofrenia dibagi dua, yaitu :
a. Gejala primer
1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikir)
2) Gangguan afek dan emosi
3) Gangguan memori
4) Gejala psiomotor / gejala katatonik gangguan perbuatan
b. Gejala sekunder
1) Waham
2) Halusinasi
4. Tipe-tipe Skizofrenia
Dalam PPDGJ III skizofrenia terbagi menjadi :
a. Skizofrenia Paranoid
b. Skizofrenia Hebefrenik
c. Skizofrenia Katatonik
d. Skizofrenia tak terinci
e. Defrresi pasca skizofrenia
f. Skizofrenia Residual
g. Skizofrenia Simplek
h. Skizofrenia lainnya
i. Skizofrenia tak tergolongkan
Dari sekian banyak tipe skizofrenia, ada studi kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Skizofrenia Hebefrenik.
1) Pengertian
Skizofrenia Hebefrenik adalah permulaannya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja (antara 15-25), gejala yang dominan adalah ganguan proses pikir, gangguan kemauan, adanya defersonalisasi, gangguan psikomotor, neologisme, atau perilaku kekanak-kanakan, waham dan halusinasi.
2) Tanda dan Gejala
a) Reaksi sikap dan tingkah laku yang tidak logis, suka tertawa-tawa, kemudian menangis, sangat irritable atau muah tersinggung sering disertai sendirian dan penuh kemarahan.
b) Terjadi kemundura psikis, kekanak-kanakan, perasaan tumpul dan tidak logis.
c) Pikiran melantur, muka (grimasem) tanpa aa stimulus, halusinasi.
d) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya, hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
e) Alam perasaaan (mood affect) yang datar tanpa ekspresi serta yang menunjukan rasa puas diri, atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
f) Waham tidak jelas dan tidak sistematis (terpecah-pecah) tidak terorganisir sebagai suatu kekuatan.
3) Pedoman Diagnostik
Skizofrenia Hebefrenik (PPDGJ III, Kode F 20.1)
a) Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia
b) Ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)
c) Kepribadian premorbid menunjukan ciri-ciri khas pemalu dan senang menyendiri.
Untuk meyakinkan diperlukan pengamatan selama 2-3 bulan untuk memastikan gambaran lihat yang bertahan, antara lain perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tidak dapat di ramalkan, kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku tanpa tujuan dan perasaan :
- Afek dangkal dan tidak wajar
- Proses fikir mengalami disorganisasi dan topik pembicaraan tidak menentu (inkoheren)
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol.

B. Konsep Dasar Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan atau stimulus.
( Hawari, 1996: 289 ). Pengertian lain mengemukakan bahwa halusinasi merupakan penginderaan tanpa sumber rangsangan eksternal. Hal ini desebabkan oleh distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan yang salah dari rangsangan yang nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu. ( Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat: 267 ).
Halusinasi pendengaran adalah individu mendengar suara – suara atau bisikan – bisikan padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu. ( Hawari, 1996: 289 ).

0 comments: